Mengenai Saya

Foto saya
DKI Jakarta dan sekitarnya, Indonesia
Seorang yang masih jauh dari sempurna, yang terus belajar dan berusaha untuk jadi yang terbaik (setidaknya untuk seseorang yang mengenalku)

Kamis, Juli 24, 2014

PELANGI MALAM HARI

Dunia diambang senja
Sang pujangga sibuk dengan rimanya
Membalut diri dengan matahari yang memerah
Hanya merubah syair dari belalang jadi kupu-kupu

Dunia diambang senja
Buruh tani berbalut dengan peluhnya
Bermandi keringat yang tak pernah mengering
Mencari koin dari sang tuan tanah

Akulah sang pencari pelangi
Janji TUHAN akan keindahan setelah hujan
Dunia diambang senja
Hujan tidak akan berpelangi di malam hari

-Tubagus Alvin H-

Selasa, Juli 22, 2014

catatan 02122010 "30 jam... (catatan seorang teman)"

https://www.facebook.com/notes/tubagus-alvin-harandi/30-jam-catatan-seorang-teman/10150099219176060

Huft..., tampaknya semua akan berbeda, kurang dari 30 jam lg.

Banyak hal bisa datang dan pergi bergantian begitu cepat. Akupun sering ditinggalkan kawan, beberapa aku merasa berat. Semua akan lain sebentar lagi dan kadang bila bertemu kelak kita telah jadi orang yang berbeda. Yah mungkin seperti pribahasa "lain ladang, lain belalang" semua tergantung tempat kita berproses.

Seperti orang juga bilang bahwa "rumput tetangga lebih hijau" itu jelas alasan masuk akal untuk menyebrang. Tapi warna bukan hanya hijau kawan. Keceriaan kita di padang tandus, itulah oase di tengah haus. Ku rasa bukan hal buruk untuk sesekali menoleh ke belakang. Meski tanpa foto, tapi ingatan kita adalah alat dokumentasi terbaik pemberian TUHAN.

Mungkin kadang bercandaku mengesalkan, karnanya aku minta maaf. Bukan maksud untuk melukai, hanya saja karena aku merasa dekat dan nyaman, sehingga kadang aku tidak membatasi.

Gan, Cong, Plak, Splash, Walrus, CoW, Pale bau menyan, fruit child, dan segala kata lainnya (aku akan rindu itu). Aku yakin TUHAN akan gantikan tawa dengan tawa yang lebih indah, tapi itu semua tidak akan merubah bahwa itu bukan kamu kawan, seorang individu yang pernah terlintas di kehidupanku yang maha luas.

Ya semoga sukses lah disana, betah-betah, berkarya yg baik dan tekun di sana. Kalo jadi angin, jadi angin yang sejuk; kalo jadi air, jadi air yang jernih; kalo jadi api, jadi api yang hangat dan terang; kalo jadi tanah, jadi tanah yang subur.

Thx buat ketawa-tawanya yang udah ngisi 8 jam menjenuhkan,
Dari seorang kawan pencinta tawa
Dari seorang kawan yang malas bawa carger HP
Dari seorang kawan yg suka numpang nyolok
Hal paling menyedihkan adalah dalam 30 jam lagi aku harus bawa carger, kabel data, dan nyolok sendiri

(ditulis sambil dengerin "benci untuk mencinta"-NAIF dan "bukan cinta biasa"-SITI NURHALIZA)

catatan 13112009 "Berbungkus Koran [kenangan menjelang Iedul Fitri]"


https://www.facebook.com/notes/tubagus-alvin-harandi/berbungkus-koran-kenangan-menjelang-iedul-fitri/200118151059

Bungkusan itu tampak lusuh, hanya berbungkuskan koran. Masing-masing 1 nama tertulis di bungkusan itu.
Akupun tau kalo bungkusan itu pasti berisi baju, sepertinya hanya mengulang hal yang sama seperti tahun sebelumnya. Meskipun demikian aku selalu mencari apakah namaku ada dalam salah satu bungkusan. Setelah aku tau ada, lega rasanya; Tinggal menunggu namaku dipanggil.

Namaku telah dipanggil dan aku ambil bungkusanku, lalu kucari tempat agak lega dan menyendiri untuk membukanya. Aku punya alasan tersendiri untuk hal tersebut; yaitu untuk lebih bisa menyikapi isi bungkusanku, jujur saja kadang isinya kurang sesuai dengan apa yg diinginkan. Namun demikian aku adalah seseorang yg menghargai suatu pemberian, aku akan tetap pakai baju tersebut apapun adanya di hari lebaran nanti.

Huf.., entah berapa lama masa itu telah terlewat, dan jangan tanyakan aku tentang baju terakhir yg aku terima dari bungkusan itu, karena akupun telah lupa tentang apa dan dimana. Mungkin aku lalai tentang hal ini, tentang menympan kenangan baju terakhir.

Setiap waktu kita adalah cerita dan sebuah kenangan akan berharga saat kita merefleksikan diri ke masa lalu. Semuanya terangkum dalam pigura besar dengan hiasan benda-benda yg penuh rasa emosional. Namun demikian sering benda emosional tersebut justru sering disiakan dan hal tersebutlah yg membuat jadi indah karena hanya mampu di nikmati dengan ingatan, berbeda dengan benda2 koleksi yg berharga namun tidak memiliki nilai emosional.

Ingatkan aku tentang senyum keluargaku
Ingatkan aku tentang mencintai keluargaku
Ingatkan aku bila aku merasa cukup berbuat baik untuk keluargaku
Karena semua itu tidaklah cukup dengan bersabar
Agar ulat kecil menjadi kupu-kupu yang indah

Nb:
Semua ini bukan soal baju atau bungkusan koran, tapi tentang suatu malam yg indah, dimana semua bersuka cita dan menikmati dinginnya malam dengan suatu kehangatan keluarga besar. Hal kecil adalah pengantar untuk hal besar yg sering tidak kita sadari.

catatan 29122009 "Sebuah Renungan Tubagus Alvin H"


https://www.facebook.com/notes/tubagus-alvin-harandi/sebuah-renungan-tubagus-alvin-h/251250971059

Banyak dari kita selalu menantikan uluran tangan TUHAN, tapi sudahkah kita bercermin tentang berapa banyak kita mau menengadahkan tangan untuk berdoa menggapai uluran tangan TUHAN...? Faktanya kebanyakan dari kita lebih suka bergunjing/menyalahkan soal nasib/keadaan ketika dalam kesusahan, tanpa berusaha merubahnya lewat pikiran, tindakan, maupun doa. Lalu apakah kamu termasuk orang yg akan langsung berkata "Alhamdulillah/terima kasih TUHAN" ketika mendapatkan nikmat..? Karena faktanya kebanyakan dari kita adalah lalai dan menempatkan kalimat syukur bukan di urutan pertama
Sudahkah kita bersyukur atas hidup kita hari ini...?

Semoga Bermanfaat

catatan 06102010 "Aku Ingin Menjadi Ayah yang Hebat....!"

https://www.facebook.com/notes/tubagus-alvin-harandi/aku-ingin-menjadi-ayah-yang-hebat/480960091059

AKU BANGUN JEMBATAN
Saat bayiku menangis maka aku akan menggendongnya. Saat dia menarik rambutku, aku katakan jangan sambil menciumnya. Suatu hari kelak ia mungkin dia akan memecahkan gelas kesayanganku, tapi sekali lg aku akan katakan jangan dengan sedikit keras agar dia belajar. Saat dia menangis karnanya aku akan kembali menggendongnya & memeluk erat sambil berkata "ayah tidak marah".Aku sadari tugasku hanya tunjuk & ajarkan; semua pilihan adalah yg terbaik untuk anakku. Aku percaya serahkan dunia ditangannya kelak, sambil terus berdoa untuk perlindungannya.Jembatan yg kubangun tidaklah instan.., Aku tau aku harus lakukan dengan sabar mungkin puluhan tahun lamanya. Akupun harus bisa ikuti trend yg sedang in di zamannya kelak. Aku ingin saat bayiku dewasa kelak dia tidak sungkan memelukku (hal yg didapatkan mungkin hanya 1th 1x ketika Idul Fitri), menjadikanku temannya yg dia percaya untuk ceritakan hal2 kesehariannya.

PROFESIONAL
Aku akan menjadi seorang yg berbeda di luar dengan di dalam rumah. Di Luar aku harus jadi seorang yg ganas untuk membawa pulang hasil buruan sebanyak mungkin; Sementara di rumah aku adalah sifat yg manja, lembut, bahkan terkesan malas (sifat bantal).Yg kubagi hanyalah sedikit kisah perburuanku. Seiring berjalannya waktu, akupun akan ajarkan cara berburuku, sambil tetap berharap bayi dewasaku mampu berburu lebih baik dariku. Buruan pertamanya kelak adalah tangkapan berukuran sedang pemberianku yg dia tidak tau; lalu dengan lugunya ia banggakan padaku. Jawabanku cuma 1 yaitu senyum.

TEMBOK LUAR BUKAN DALAM
Dari keduanya semoga aku bisa membangun tembok luar yg kokoh untuk membentengi bayiku dari pengaruh luar yg buruk.., Dengan menjadi teman main seumurannya & tempatnya kembali untuk berbagi setidaknya mengurangi kekhawatiranku di masa remajanya, masa dimana emosi meluap-luap.Sementara itu hal yg paling kuhindari adalah berlaku profesional formil terhadap bayiku. Membuat perjanjian adalah sesuatu yg salah, meski mengajarinya untuk disiplin. Aku akan bertaruh untuk sesuatu yg kalah, untuk mengajarinya disiplin menepati janji dan tidak mencoba untuk sungguh2 menang.1 + 1= belum tentu 2, karenanya sistem reward sudah tidak berlaku dimana bila berbuat A maka hasilnya akan A. Aku khawatir justru itu jadi sebuah objek dagang untuk tawar-menawar. Usaha bayiku tidak akan terbayar lunas, karena melihatnya tumbuh kembang tidak akan tergantikan. Akupun tidak ingin kasih sayangku dibayar lunas oleh bayiku kelak, sebagai alasan dia untuk pergi dariku.Tembokku di luar bukan di dalam..., jembatan yg ku bangun adalah untuk bayiku menyebrang menemui sifat bantal sebagai tempatnya bersandar.

note:
Bila anda berpikir ini adalah poin untuk menjadi Ayah hebat maka anda salah.., ini adalah gambaran hebat seorang Ayah yg patut disadari anaknya; bahwasanya jalan seorang Ayah tidaklah mudah. Dengan keterbatasan & persoalan hidupnya, ia masih sempat mengkhawatirkan anaknya.Dengan jalan/cara masing2 (yg mungkin sulit dimengerti). Segala kelebihan & kekurangan Ayah adalah sesuatu yg dilihat anak pada punggung Ayahnya. AYAH TETAPLAH AYAH YG HEBAT, SEMENTARA ANAK ADALAH BAYI YG SELALU DIKHAWATIRKAN AYAHNYA. Karenanya Anak akan mudah meninggalkan Ayahnya, tapi akan sangat berat bagi Ayah untuk kehilangan anaknya.Ayah tidak akan menanyakan bayinya "sudah kuatkah berdiri?" tapi Ayah akan ajarkan cara berdiri & menjaga sekeliling bayinya dengan cara yg Ayah yakini benar.

Semoga Bermanfaat,
Tubagus Alvin H

catatan 08102009 "Salam dari Harandi"

https://www.facebook.com/notes/tubagus-alvin-harandi/salam-dari-harandi/172572376059

Pantaskah semua..?
Ada yang datang dan ada yang pergi
Meski sempat hidup di 1 waktu namun tidak jua bersua

Ini jalanmu yang insanmu tidak tau maksudnya

Ia telah tiada
Seseorang yang memanggilku Harandi
Seseorang yang menginggat Harandi meski memory lainnya hilang

Harusnya bahagia ku
Bahagia kita
Juga bahagianya atas sebuah kelahiran

Harusnya senyum itu jadi tawa
Tapi jadi pilu
Pilu hati ini bagai ditikam jutaan sembilu
Pedih, pedih, pedih
Pedih hati ini TUHAN

Menangis meraung hanya membuat semua jadi sulit
Bekerja 1000 tahun pun waktu tidak bisa dibeli
Masing-masing hanya simpan sesal di hati saat semua telah lewat

Aku pun bukan orang kuat tanpa tabah darimu
Mungkin aku tidak lebih baik dari orang-orang yang jatuh
Aku rapuh saat sepi merasuk dan hanya mendustakannya dibalik senyum

Kini aku tak tau rasa
Semua jadi tercampur
Hal indah justru sesakkan dadaku

Sungguhnya diri ini tidak nyaman TUHAN
Tidak enak makan, minum, dan bekerja
Enak kurung diri di kamar dan sembunyi dibalik bantal tutupi mata yang memerah

Sungguh kecil diri ini TUHAN
Manusia yang tanpa daya
Yang KAU buat menyerah atas ketentuanMU

Kini 1 orang yang kusayang kembali kau minta
Langit mendung jadi saksinya kali ini pun menangis
Tes, tes, tes
Tanpa rasa hujan basahi pipi

Semoga saja apa yang kau ambil bukan karna kami lalai menjaganya
Karena kami sering lalai lihat tandamu

Terima kasih TUHAN atas hidup yang diberikan
Titipan-titipan indah yang bisa KAU memintanya kapanpun meski kami sangat mencintainya
Karna semua ini memang milikMU yang aku hanya bisa pasrah atasMU

Bila boleh berganti aku yang menitip
Aku titip dia di tempat terbaikMU yang indah
Salamkan dari Harandi

Senin, Juni 30, 2014

Bukan Garuda di Dada, Hanya Bhinneka Tunggal Ika di Hati

Suatu hari saya ditanyakan siapa President yang layak buat Indonesia di pilpres nanti oleh sahabat saya, maka saya jawab "kedua pasang calon yang ada adalah putra terbaik bangsa, yang insyaallah membawa kebaikan bagi Indonesia"

Lalu dia kembali bertanya soal pilihan saya dari 2 pasang calon yang ada, dan saya jawab "yang di SEBELAH KANAN"

Tidak puas dengan jawaban saya maka sahabat saya tersebut kembali bertanya soal alasannya alasannya, maka akan saya jawab "sebab kanan itu untuk sesuatu yang baik"

Lalu sahabat saya dengan nada sedikit meninggi menanyakan mengapa saya kehilangan logika, ideologis, dan daya kritis saya sebagai sarjana Ilmu Politik dengan menjawab seperti itu.

Dengan sedikit menggela nafas saya jelaskan kepadanya "Hufft. Sahabatku, bukankah saya sudah berdialektika dengan segala logika? Tapi kamu justru menutup mata dan telinga.. Sementara kamu biarkan mulutmu terbuka untuk mengucapkan sesuatu yang kebenarannya belum pasti, sesuatu hal yang bisa jadi justru fitnah untuk saudara seimanmu. Artinya apapun jawaban saya baik dengan logika atau tidak, tidak ada artinya buatmu. Lalu masih pentingkah kamu merisaukan pilihan saya? Saya akan tetap sahabatmu sampai kapanpun, meski kamu anggap tidak lagi karena perbedaan pilihan. Bukankah penting memperjuangkan sesuatu yang kita anggap benar?"

Setelah lama terdiam, akhirnya sahabat saya berkata "ya kamu benar, mungkin aku yang tidak terbiasa dengan perbedaan, apalagi harus besebrangan dengan sahabatku sendiri"

"putih itu memang bersih, namun perbedaan itu yang membuat kita kaya. Karena kita manusia, bukan robot yang bisa di program untuk seragam. Saya memang tidak memasang lambang garuda di dada, namun saya tidak pernah menghapus kalimat bhinneka tunggal ika dari hati ini" ujar saya.

Sahabat saya terdiam dan sesekali menunduk dan memalingkan muka untuk tidak menatap saya.
 Sayapun sebenarnya agak menyesal menyampaikannya dengan nada yang agak tinggi. Dengan tangan terlipat di pinggang sahabat saya menatapi langit kosong sore itu dan dia menghela nafas panjang lalu menatap saya, saya pikir dia akan marah. Sejenak coba saya maknai arti tatapannya dan saya simpulkan bahwa yang saya lihat bukan mata seseorang yang marah, tapi justru mata seorang pejuang yang sedang semangat-semangatnya. Dengan menunjukkan telunjuk dan jari tengah kanannya sahabat saya berkata "rasanya ini juga tidak buruk seperti perkiraanku. Salam 2 jari bro"

"jadi..?" ujar saya sambil mengerutkan dahi penuh tanya

"saya suka konsep tidak perlu garuda di dada tapi bhinneka tunggal ika di hati" ujar sahabat saya sambil menepuk pundak

"oke bro, saya tidak pernah paksakan pilihan saya ya?" tanya saya  memastikan dan dijawab dengan senyum dan sebuah anggukan yang menurutku sudah lebih dari cukup untuk sebuah jawaban


Matahari sudah tinggal setinggi penggarisan, dan kebetulan saya masih ada beberapa urusan lain yang harus segera dituntaskan, sehingga saya harus akhiri percakapan yang berkesan sore itu. Sambil berpose ala salam dua jari saya berpamitan "saya jalan dulu, Assalamualaikum, salam 2 jari" ujar saya

Setelah agak jauh sahabat saya berteriak "seperti yang kamu bilang aku akan jadi sahabatmu sampai kapanpun. Persahabatan kita no.1 urusan presiden no.2"

Tanpa menoleh saya acungkan 2 jari setinggi-tingginya.


Entah apa pilihan sahabat saya kelak di bilik TPS, pastinya persahabatan kami adalah yang utama dan bagi saya President tetap no.2

Selasa, Juni 03, 2014

Tahun Ketiga Aku Diuji

Tahun ini tahun ketiga aku diuji
Tahun ini tahun ketiga engkau ajarkan betapa sempurnanya semua milikku
TUHAN, beri aku jawaban
Jawaban tentang salah yang mana
Sebab terlalu banyak salahku

TUHAN, engkaulah yang tau sakitku
Sakit yang tidak satupun orang lain tau
Tentang hati yang tidak sempurna
Tentang hati yang tertutup
Yang tertutupi oleh senyuman riangku

Pernah aku merasa engkau akan memanggilku
Tapi aku si pencinta dunia ini takut mati
Aku ingat janjiku sesaat sebelum engkau kembalikanku
Tentang sebuah hidup yang lebih baik yang aku dustakan semua

Tahun ini tahun ketiga aku diuji
Aku percaya cobaan itu tidak akan melebihi kemampuanku
Karnanya jangan hentikan hidupku meski menang langitku
Hentikanlah hidupku saat menang duniaku dan sempurna langitku

Semoga.....
Semoga masih cukup waktuku